Page 235 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 235

"Kamu itu udah jelek, miskin pula. Kalo kamu gak pintar, kamu gak

                     akan jadi apa-apa.”

                     Waktu di SMP saya di-bully tanpa alasan jelas, saya dibenci angkatan
                     dan senior. Waktu kelas 3 SMP, saya dicegat di depan pagar sekolah.
                     Apa yang saya lakukan? Saya harus cari jalan lain. Saya memanjat
                     tembok samping dan pulang lewat samping. Saya gak pernah
                     menghabiskan terlalu banyak energi dan pikiran pada masalah. Saya

                     selalu langsung cari solusinya. Suatu hari saya d'\-bully dengan cara
                     tas saya dimasukin sampah saat sedang tidak di kelas. Besoknya,
                     saya ke kantin sambil membawa tasnya. Gak harus semua masalah
                     elo pikirin. Banyak orang put too much energy on the problem.
                     Harusnya elo put energy to the solution. Kalo saya gusar, marah-
                     marah di- bully, nangis-nangis ke orang tua, itu semua tidak
                     memecahkan masalah.



                     Ada faktor orang tua?

                     Nyokap kalo ngeliat saya nangis waktu kecil, dia akan marah banget,
                     "Ngapain nangis? Nangis itu tidak menyelesaikan masalah.” Ada
                     benarnya kalimat itu. Beliau menuntut untuk tidak melakukan sesuatu
                     jika itu tidak berkontribusi pada solusi masalah. Itu memang ekstrim,

                     tapi poin yang mau saya angkat adalah bagaimana nyokap gue sangat
                     fokus pada solusi. Hal ini tertanam sangat dalam pikiran saya.

                     Kembali ke media sosial, apa sih kesalahan anak-anak muda dalam
                     menggunakan media sosial menurut Cania?

                     Mungkin comparing (membanding-bandingkan) kali ya. Saya pernah

                     baca artikel mengenai Instagram bisa berpengaruh pada depresi yang
                     sedang banyak terjadi di antara anak muda. Mungkin karena Instagram
                     dipenuhi para selebgram yang memamerkan tentang hidup mereka.
                     Ada yang pamer traveling, ada yang pamer baju mahal, ada yang
                     pamer pacar gantengnya, kulit putihnya, dan lain-lain. Saya liat anak-
                     anak muda ini take it too seriously. Mereka kekurangan inspirasi untuk
                     memikirkan diri mereka sendiri, what kind of person I want to be. What

                     kind of myself that I aspire to be. Anak-anak muda ini kekurangan
                     inspirasi untuk berdiri di kaki mereka sendiri dan menjadi diri mereka
                     sendiri, bukan meng-copy orang lain.

                     Instagram ini menjadi tempat di mana mereka makin kehabisan
                     inspirasi karena kerjaan mereka hanya ngeliatin akun-akun ini. Dan
                     mereka menghabiskan terlalu banyak energi di sini, kemudian mereka
   230   231   232   233   234   235   236   237   238   239   240