Page 57 - 3. Laporan Kinerja BMKG_high
P. 57
BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA 41
1. Rata-rata persentase akurasi informasi cuaca rutin
Sub Indikator kinerja ini digunakan untuk mengukur tingkat akurasi layanan informasi
cuaca yang diberikan kepada masyarakat dan stakeholder. Akurasi tersebut diukur
berdasarkan verifikasi antara prakiraan cuaca dengan data hasil observasi. Formulasi
yang dipergunakan untuk menghitung akurasi informasi cuaca rutin yaitu:
Σ n A
P = 1 × 100%
n
Dimana :
P = rata-rata persentase akurasi informasi cuaca rutin
A = akurasi masing-masing informasi prakiraan cuaca rutin
n = jumlah informasi prakiraan cuaca rutin yang dipublikasikan
Target akurasi informasi cuaca rutin tahun 2016 ditetapkan sebesar 75%. Target informasi
cuaca rutin adalah persentase informasi cuaca hingga 75% dengan skala terkecil yaitu
kabupaten. Berdasarkan data selama tahun 2016 dimana diperoleh sebanyak 12.410
data prakiraan cuaca harian selama satu tahun dari 34 stasiun koordinator propinsi
penanggung jawab prakiraan cuaca, hasil prakiraan cuaca diverifikasi dengan data
observasi kejadian cuaca yang sebenarnya berdasarkan observasi sinoptik. Dari data
tersebut dilakukan verifikasi rata-rata bulanan untuk mendapatakan nilai akurasi rata-
rata bulanan, selanjutnya dihitung rata-rata akurasi tahunan dari 34 propinsi. Adapun
berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh hasil realisasi akurasi cuaca rutin tahun 2016
sebesar 70%. Berdasarkan target yang ditetapkan dan hasil realisasi tersebut, capaian
sub indikator pertama pada sasaran strategis ketiga adalah 93,33%. Dapat diartikan
bahwa persentase akurasi informasi cuaca rutin dalam mendukung sasaran strategis
ketiga telah cukup baik.
Hasil tersebut masih belum memenuhi target yang telah ditetapkan di tahun 2016 dengan
selisih 6,67% oleh karena masih terdapat beberapa daerah yang belum menyampaikan
update verifikasi dari September-Desember dan belum seragamnya metode yang
dilakukan dalam verifikasi prakiraan cuaca di tiap daerah akibatnya sedikit mengurangi
prosentase secara umum.
Namun demikian, sejak akhir 2015 telah diterapkan peningkatan resolusi waktu prediksi
secara nasional menjadi setiap 6 jam, dengan hasil akurasi melalui proses verifikasi
yang dilakukan secara nasional masih berupa prediksi harian yang dihitung dengan
curah hujan harian. Dengan asumsi sebagaimana yang telah dilakukan di Jabodetabek
dengan penggunaan data curah hujan setiap 6 jam, hasilnya meningkatkan nilai akurasi
dari informasi cuaca yang disampaikan ke masyakarat baik informasi cuaca umum,
khusus, maupun wisata.
Guna meningkatkan akurasi prakiraan cuaca maka perlu ditempuh langkah-langkah
peningkatan sarana observasi dan pengolahan data, antara lain dengan meningkatkan
resolusi spasialnya model prakiraan cuaca serta menambah kerapatan jaringan
observasi yang saat ini dirasakan belum merata.

