Page 31 - Al-Bayan EDISI 24
P. 31

PUISI-PUISI KARYA                                              MUAK
          MUSTOFA                                         Satu persatu perasaan lenyap

                                                          Satu persatu keyakinan rontok
                                                    Satu persatu hati mulai berterbangan
                                                       Satu persatu pejuang berguguran

                                          Pada bab satu, bab dua, bab tiga, dan seterusnya
                                          Ada hal yang membuahi dan segala meretas dari
                                                                          atap langit
          Dewan Redaksi,                   Yang begitu, begitu, begitu, begitu…seterusnya
          Pendiri & Inisiator                                     Langit menaruh ibah
          Majalah Santri                                   Awan berjelaga di atas bumi
          Al-Bayan                                 Hujan mulai mengukir bumi tanpa arti
                                                  Jejak-jejak tak petualang mulai dihargai
                                                                            Kenapa?
                                           Kenapa menunggu hujan turun mereka dikenal
                                Mengukir ke dalam larutnya air yang bercampur asinnya alam
                                                                              Siapa?
                                              Perlukah laut menampakkan ke mahaannya?
                                                                              Tidak!
                                          Itu pertanda bukti cinta terhadap sesama ciptaan
                                                                           Tidakkah?
                                                                         Berpikirlah!


         MORGANA                                JALAN JUANG

          Burung merpati meninggalkan hati      Meskipun langkah tertepikan
          Bumi mengaung                         Dakwah harus ditegakkan
           langit muak                          Langkah terus dipercepat
          melihat siluman berkepala batu        Tuk menyentuh nikmat akhirat

          apa yang mereka lakukan?              Ya, Robb….
          Tidakkah mereka rasakan               Hamba melangkah disemak-semak belu-
          Menghirup udara penyesalan.           kar
          Anjing berteriak meminta makan        Jauh sekali suara terdengar
          Tidak ada daging, tidak pula sayuran.  Tasik masih jauh
          Bulir-bulir bercampur krikil          Ingin ku teguk sesampai meskipun harus
                                                terimpuh
          Yang dikelumat
          Sedikit demi sedikit.
                                                Jalan itu tak ku rasa
                                                Terus menerjang tanpa harus putus asa
          Gerah, resah, tabah                   Demi nikmat yang kau janjikan
          Itulah yang dikutip angin membisik ilalang  Rasa nikmat tetesan keringat yang me-
          Terlelap dalam angan                  meluk tubuh
          Ampun, ampun, ampun                   Benar dan yakinku bahwa Engkau maha
          tuhan                                 kuasa
          Betapa bringasnya mereka dengan uang.


                                                                 MAJALAH AL-BAYAN
                                                                          EDISI 24  31
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36