Page 183 - FullBook Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia
P. 183
164 Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia
vakuola, dan vakuola kemudian menyatu dengan zat enzimatik
lisosom dalam sel fagosit tersebut, sehingga isinya yang mengandung
partikel asing dipecah atau dicerna.
2. Sel pembunuh alami (Natural killer cell)
Sel pembunuh alami merupakan kelompok limfosit spesifik yang
dapat melisiskan dan membunuh sel kanker dan sel tubuh lainnya
yang terinfeksi virus jauh sebelum terdeteksi oleh sel pertahanan
adaptif. Sel pembunuh alami bertindak secara spontan terhadap target
tersebut dengan cara mengenali jenis senyawa glukosa tertentu pada
permukaan membran mikroorganisme asing.
3. Respons inflamasi
Respons inflamasi adalah respons non spesifik yang dipicu setiap kali
terjadi kerusakan pada jaringan tubuh tertentu. Ada empat indikator
paling umum dari peradangan akut, yaitu kemerahan, panas, bengkak,
dan nyeri.
4. Protein antimikroba
Berbagai protein antimikroba meningkatkan fungsi sistem pertahanan
bawaan. Contohnya komplemen, adalah sekelompok protein plasma
yang melisiskan mikroorganisme dan meningkatkan fagositosis
dengan opsonisasi dan mengoptimalkan respon inflamasi.
Selain itu, interferon, adalah protein yang dilepaskan oleh sel yang
terinfeksi virus yang melindungi sel jaringan yang belum terinfeksi
dari pengambilalihan virus. Sekresi protein ini memberi sinyal untuk
memobilisasi sel-sel pertahanan tubuh lainnya untuk membantu
melawan. pH yang asam pada urine juga dapat menghambat
pertumbuhan bakteri dan membersihkan saluran kemih bagian bawah
saat dikeluarkan dari tubuh.
5. Demam
Kondisi suhu tubuh yang tinggi (hipertermia) merupakan respon
sistemik tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang, biasanya
‘termostat’ tubuh diatur pada sekitar 37 derajat celcius, namun dapat
diatur ulang suhunya menjadi lebih tinggi sebagai respon terhadap
pirogen. Pirogen adalah zat kimia yang disekresikan oleh sel darah
putih dan makrofag yang terpapar zat asing.

