Page 290 - FullBook Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia
P. 290

Bab 15 Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan                271


              refleks  defikasi,  suatu  refleks  spinal  yang  dikontrol  secara  volunter  dan
              involunter (William dan Hopper, 2015).
              Feses  yang  terkumpul  di  dalam  rektum  membuat  dinding  rektum  distensi,
              menyebabkan lapisan otot dinding rektum mengirimkan impuls ke spinal yang
              akan  merangsang  sfingter  internal  anal  relaksasi  yang  memungkinkan  lebih
              banyak feses memasuki rektum (Scanlon dan Sanders, 2015). Pada saat yang
              bersamaan,  impuls  bergerak  ke  otak  untuk  menciptakan  kesadaran  bahwa
              individu perlu melakukan defekasi (Potter et al, 2021).
              Saat proses defekasi terjadi, sfingter anal eksternal juga mengalami relaksasi,
              otot abdomen berkontraksi, diafragma berkontraksi dan menutup glotis yang
              akan  meningkatkan  tekanan  intraabdomen  dan  intrarektum  yang  akan
              mendorong feses keluar (Taylor et al, 2015; Potter et al, 2021). Jika proses
              defekasi ditunda, secara volunter (sadar) otot levator ani dan sfingter eksternal
              anal  akan  berkontraksi  untuk  menutup  anus  dan  keinginan  defekasi  akan
              muncul kembali saat reseptor pada dinding rektum terstimulasi oleh gerakan
              peristalsis yang mencapai dinding rektum (Scanlon dan Sanders, 2015).

              Peristalsis  yang  terjadi  secara  cepat  dapat  membuat  kolon  tidak  mampu
              menyerap air dengan baik yang akan menyebabkan feses menjadi lebih cair,
              sebaliknya gerakan peristaltik yang lemah atau lambat memungkinkan kolon
              mereabsorpsi  air  secara  terus  menerus  yang  dapat  mengakibatkan  feses
              menjadi  keras  dan  menyebabkan  konstipasi  (Potter  et  al,  2021).  Gerakan
              peristaltik  umumnya  terjadi  3-4  kali  dalam  sehari,  berbeda  dengan  gerakan
              peristaltik yang sering timbul di usus halus (Taylor et al, 2015). Setiap gerakan
              peristaltik pada usus halus akan membuat katup ileosekal akan terbuka secara
              singkat dan memungkinkan sebagian isi dari usus halus masuk ke dalam usus
              besar (Hinkle dan Cheever, 2018).
              Proses  pencernaan  tidak  terjadi  di  usus  besar  sehingga  mukosa  usus  besar
              hanya mensekresi mukus yang berfungsi untuk melindungi dinding usus besar
              dari  trauma  yan  ditimbulkan  oleh  asam  feses  dan  juga  berfungsi  sebagai
              perekat yang merekatkan massa feses (Berman et al, 2016). Usus besar juga
              mensekresi  larutan  elektrolit  berupa  cairan  bikarbonat  yang  berfungsi
              menetralisir  produk  akhir  yang  dihasilkan  oleh  aktivitas  bakteri  kolonik
              (Hinkle dan Cheever, 2018).
   285   286   287   288   289   290   291   292   293   294   295