Page 13 - SKI 9 Semester Ganjil
P. 13

Pendidikan Pesantren diberbagai wilayah di Indonesia


         Berdasarkan data dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Agama dan Keagamaan
         serta Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia pada tahun 2006, tidak
         kurang  dari  14.067  buah  pondok  pesantren  tersebar  luas  di  Indonesia.  Hal  ini  menunjukkan
         bahwa pondok pesantren secara kuantitatif mampu berkembang dan tetap menjadi kebutuhan
         bangsa  Indonesia.  Persebaran  pondok  pesantren  terbanyak  berada  di  pulau  Jawa,  kemudian
         disusul Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.


                   1            Pondok Pesantren Tegalsari, Jetis, Ponorogo, Jawa Timur

                   1

         Pondok  pesantren  ini  termasuk  salah  satu  yang  paling  bersejarah  di  Indonesia.  Pesantren
         Tegalsari  didirikan  oleh  Kiai  Ageng  Hasan  Basari  pada  abad  ke-18.  Pesantren  ini  mempunyai
         ribuan santri yang berasal dari seluruh wilayah Indonesia. Di antara  sekian banyak santrinya
         yang  terkenal  adalah  Pakubuwono  II  yang  merupakan  penguasa  Kerajaan  Kartasura,  Raden
         Ngabehi  Ronggowarsito  (seorang  pujangga  Jawa  yang  masyhur),  serta  tokoh  pergerakan
         nasional H.O.S. Cokroaminoto

                   2                                Pesantren Al-Hamdaniyah


                   1
         Pesantren ini didirikan oleh K.H. Hamdani pada tahun 1787. Lokasi pesantren terletak di Desa
         Siwalan Panji, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur.

         Pondok  ini  memiliki  bentuk  bangunan  yang  masih  asli  dan  unik,  yakni  berdinding  anyaman
         bambu dan diberi jendela pada setiap kamarnya. Bangunan asrama santri disangga dengan kaki-
         kaki  beton  sehingga  membuatnya  tampak  seperti  rumah  joglo.  Pondok  pesantren  ini  telah
         banyak  melahirkan  ulama-ulama  terkemuka.  Salah  satu  yang  pernah  menjadi  santri  adalah
         pendiri Nahdlatul Ulama, K.H. Hasyim Asy'ari.

                   3                                Pondok Pesantren Sidogiri


                   1
         Pesantren ini berdiri pada tahun 1718. Pendirinya bernama Sayyid Sulaiman yang secara silsilah
         masih bersambung sampai ke Rasulullah Saw.

         Pada  awalnya,  Sidogiri  adalah  area  hutan  yang  belum  terjamah  manusia  di  Pasuruan,  Jawa
         Timur. Sayyid Sulaiman dengan dibantu oleh santri sekaligus menantunya, yaitu Kiai Aminullah,
         melakukan babat alas selama 40 hari untuk mendirikan pondok pesantren.


                   4                     Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar

                   1

         Pesantren ini bermula dari sebuah  langgar (mushala) kecil yang didirikan oleh Kiai Itsbat Bin
         Ishaq  sekitar  tahun  1787.  Beliau  adalah  salah  sosok  ulama  karismatik  yang  terkenal  zuhud,
         tawadhu, dan arif.

         Nama  Banyuanyar  diambil  dari  bahasa  Jawa  yang  artinya  air  baru.  Hal  itu  didasarkan  pada
         penemuan  sumber  mata  air  (sumur)  yang  cukup  besar  oleh  Kiai  Itsbat.  Sumber  mata  air
         tersebut  tidak  pernah  surut  sedikit  pun.  Bahkan,  hingga  kini  mata  air  tersebut  masih  dapat
         difungsikan sebagai air minum bagi santri dan keluarga besar Pondok Pesantren Banyuanyar. Di
         pondok  inilah  Kiai  Itsbat  mengasuh  para  santrinya  dengan  penuh  istiqamah  dan  kesabaran.
         Padahal, sarana dan fasilitas yang ada ketika itu tentunya jauh dari kecukupan atau memadai.
                   5                                       Pondok Tremas

                   1
         Pondok  ini  didirikan  oleh  K.H.  Abdul  Manan  pada  tahun  1830  setelah  menyelesaikan  masa
         belajarnya  di  Pondok  Tegalsari,  Ponorogo.  Awalnya,  pondok  ini  berada  di  daerah  Semanten,
         yakni sekitar 2 kilometer arah utara Kota Pacitan.

         Pada waktu itu, pondok masih dalam taraf permulaan sehingga santrinya juga belum sebanyak
         periode  sesudahnya.  Oleh  karena  itu,  kitab-kitab  yang  dipelajari  waktu  itu  juga  masih  dalam
         tingkatan dasar.
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18