Page 14 - SKI 9 Semester Ganjil
P. 14
6 Pondok Pesantren al-Huda
Pesantren ini dirintis pada tahun 1801 oleh K.H. Abdurrahman di atas tanah seluas 3.650 m2.
Lokasinya berada di Desa Kutosari, Kelurahan Kebumen, Kecamatan Kebumen. K.H.
Abdurrahman merupakan mursyid (guru) Thariqah Naqsyabandiyah.
Semula, al-Huda adalah nama untuk mushala yang berada di kompleks pondok. Tatkala meletus
Agresi Militer Belanda I, kiai dan para santri serta para pejuang muslim Kebumen berjuang
melawan tentara Belanda. Begitu pula agitasi PKI tahun 1960-an kembali membangkitkan
suasana perjuangan di kalangan santri dan kiai. Saat itu, Pondok Pesantren al-Huda menjadi
ajang pelatihan bagi anggota Banser (Barisan Ansor Serbaguna).
7 Pondok Pesantren Buntet
Pesantren ini didirikan oleh Mbah atau Kiai Muqoyyim. Beliau merupakan putra Kiai Abdul Hadi
yang merupakan keturunan bangsawan dari Kesultanan Cirebon. Karena kepintaran dalam
menulis buku tentang tauhid, fiqh, dan tasawuf, Kiai Muqoyyim diangkat menjadi Mufti oleh
Keraton Kanoman Cirebon.
Akan tetapi, karena ada perbedaan sikap antara dirinya dengan pihak keraton, yakni saat
keraton mulai terlihat tunduk terhadap Belanda, akhirnya Kiai Muqoyyim mengundurkan diri
meninggalkan Keraton Kanoman. Beliau kemudian mendirikan Pesantren Buntet yang terletak
sekitar 12 kilometer dari Keraton Kanoman (Kota Cirebon) pada tahun 1750.
8 Pondok Pesantren Subulussalam, Sayurmaincat
Lokasi pesantren ini berada di Desa Sayurmaincat, Kecamatan Kotanopan, Kabupaten
Mandailing Natal, Sumatra Utara. Usia pesantren telah mencapai hampir satu abad.
Pesantren ini juga berjasa dalam mengusir penjajah Belanda dari bumi Sumatra. Pada masa
kemerdekaan, pesantren ini dijadikan basis perlawanan rakyat, yakni dijadikan markas Tentara
Keamanan Rakyat (TKR). Beberapa saat setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,
pesantren kembali dijadikan sebagai markas TKR.
Pada tahun 1949, pesantren ini kembali dibuka sebagai lembaga pendidikan (sekolah) oleh H.
Fahruddin Arjun Lubis.
9 Pondok Pesantren Darussalam Martapura
Pondok pesantren ini berlokasi di kawasan Pasayangan, Martapura, Banjar, Kalimantan Selatan.
Pesantren ini didirikan pada tahun 1914 oleh K.H. Jamaluddin. Pondok pesantren ini merupakan
yang tertua di Kalimantan dan telah melahirkan banyak ulama terkemuka. Bahkan, hampir
seluruh silsilah murid-guru di Kalimantan Selatan bermuara di pesantren ini.
Pesantren Darussalam memiliki peran penting bagi sejarah perkembangan Islam di Kalimantan
Selatan. Pesantren ini dijadikan acuan bagi perkembangan pesantrenpesantren lain yang
kemudian berdiri di provinsi tersebut.
Keputusan K.H. Jamaluddin untuk mendirikan pesantren dilandasi semangat dalam rangka
pengembangan agama Islam di wilayah Kalimantan Selatan. Selain itu, daerah ini dikenal
memiliki tradisi keagamaan yang sangat kuat. Bahkan, sejumlah ulama Indonesia terkemuka
berasal dari Kalimantan Selatan. Setelah K.H. Jamaluddin meninggal dunia, pimpinan pesantren
digantikan oleh K.H. Hasan Ahmad.

