Page 156 - pdfcoffee.com_407689652-filosofi-teras-pdfdocx-pdf-free
P. 156

Di luar konsultasi klinik dengan klien, Wiwit juga hidup di luar klinik,
                     bertemu juga orang-orang yang menunjukkan resilience,

                     ketangguhan, keuletan. Apa yang membedakan orang-orang yang
                     ulet dan tidak mudah cemas dari klien- klien Wiwit?

                     Salah satu hal yang sering saya observasi, orang yang lebih tahan
                     saat masalah adalah mereka yang punya social support. Bisa punya
                     pacar, keluarga, atau pertemanan. Karena banyak klien saya yang
                     tidak punya social support. Hidup sendiri, tidak percaya pada orang

                     lain.

                     Semakin ke sini, saya makin merasa bahwa keterbatasan kadang
                     membuat kita lebih resilient (tangguh). Keterbatasan dalam arti,
                     misalnya seorang anak tidak dimanjakan, tidak dikasih semua (yang
                     diminta), dibiarkan untuk berjuang. Menurut saya, ini bisa membuat
                     orang menjadi resilient. Untuk beberapa orang lain, faktor agama juga

                     ada, walau kadang sering salah. Misalnya, seseorang sedang punya
                     masalah, kemudian berkeyakinan bahwa "Tuhan pasti bantu”. Tapi,
                     kalau tidak ngapa-ngapain juga masalahnya tidak akan berubah
                     sendiri.


                     Kembali ke CBT, apakah ada prinsip-prinsip dari terapi ini yang bisa
                     dipraktikkan di situasi sehari-hari?


                     Tidak semua orang cocok dengan pendekatan CBT. Karena CBT
                     membutuhkan orang yang mau refleksi atas pemikiran dan
                     responnya.

                     Yang paling gampang memang aware dengan apa yang kita pikirkan
                     tentang situasi (tertentu). Misalnya macet, apa yang kamu pikirkan

                     pertama tentang macet? Irrational belief biasanya langsung keluar.
                     Misalnya lagi, berkenalan sama orang, langsung berpikir, "Dia pasti
                     menganggap saya jelek nih.” Itu pikiran pertama yang muncul dan
                     malah bikin tambah sedih. Berikutnya, buktinya apa? Saya suka
                     bilang, kamu harus mencari bukti yang meng-counter pikiran tersebut.
                     Di sinilah pengaruh orang sekitar bisa berfungsi sebagai reminder.


                     (Twitter: Owiwitto)



                     Intisari wawancara dengan Wiwit Puspitasari:

                     •    Penyebab kekhawatiran sering kali adalah karena adanya

                          pendapat, opini yang irasional (contoh, "Dunia harus adil!”).
   151   152   153   154   155   156   157   158   159   160   161