Page 42 - Al-Bayan EDISI 24
P. 42
“Sampai kapan kamu mau Aku masuk ke tim basket sejak dia
bersembunyi di balik topengmu? Apakah mengatakannya. Aku juga tidak selalu
kamu benar-benar bahagia bersembunyi belajar lagi. Sepulang sekolah pun Alvin
di balik topeng itu? Apa kamu benar- langsung mengajakku ke lapangan, tidak
benar menginginkan yang seperti itu?” lagi belajar dengan Rayyan. Sepertinya
“Kamu tahu apa?” Aku coba bersuara, Rayyan juga beranjak pulang ketika bel
meski suaranya tak terlalu terdengar. pulang sekolah berbunyi. Aku meminta
Alvin mengangkat tangan kirinya, maaf padanya karena sepulang sekolah
menunjuk tepat ke mataku. aku tidak lagi belajar dengannya. Dia
hanya berkata tidak apa-apa, dan
“Aku melihatnya di wajahmu. mengatakan bahwa dia belajar di sekolah
Wajahmu jelas mengatakan kalau kamu karena ingin membantuku saja.
tidak suka dengan topeng itu.” Aku
kembali membisu. Hari-hari setelahnya, aku merasa
“Kalau begitu… ” Aku kembali bersuara bahwa diriku benar-benar sudah terbebas
dari topeng tersebut. Senyumanku,
setelah terdiam beberapa saat, “beritahu tertawaku, bukan lagi topeng untuk
aku cara untuk keluar dari topeng ini!” akrab dengan orang lain. Semua itu
Kali ini Aku berhasil meneriakkan kata- kuekspresikan dengan tulus tanpa
kata tersebut. dipaksakan.
“Sip, permintaan diterima.” Alvin ***
Kejadian itulah yang membuatku berubah. Aku
merasa bahwa Aku akan bisa keluar dari topeng itu.
Setelah mengatakan bahwa Dia akan memberitahu
caranya,
mengulurkan bola basket dengan “Azka!!” Alvin memukul pelan bahuku.
tangan kanannya sambil tersenyum puas. “Hah, kenapa? Gak perlu pake mukul
“Akan kuberitahu cara untuk keluar dari juga kali.” Aku mengomel, mengelus
topengmu itu.” bahuku yang baru saja dipukul.
Kejadian itulah yang membuatku “Dari tadi aku udah manggilin kamu,
berubah. Aku merasa bahwa Aku tau. Mikirin apa, sih?”
akan bisa keluar dari topeng itu. “Eh, nggak ada. Aku cuma kepikiran
Setelah mengatakan bahwa Dia akan aja. Waktu itu, kenapa kamu terus-
memberitahu caranya, Alvin mengajakku menerus mengajakku bermain basket?
bertanding basket satu lawan satu. Kali Malah sengaja lempar bolanya sampai
ini Aku menerimanya. Peraturannya, yang aku jatuh.” Aku memang selalu ingin
mendapatkan sepuluh poin pertama, menanyakannya, hanya belum mendapat
dialah pemenangnya. Pertandingan itu momen yang pas.
berakhir dengan skor 10-7. Aku terduduk “Oh, itu? Aku cuma kesal aja liat muka
lemas. Aku kalah. kamu yang terpaksa belajar, makanya pas
“Wah, ternyata kamu jago juga, pertama kali ngajak aku sengaja lempar
Azka.” Alvin duduk menjulurkan kaki di bolanya biar kamu jatuh. Itu aku sedang
sebelahku. melampiaskan kekesalanku.” Alvin malah
“Aku kadang menonton cara bermain nyengir.
basket di sosmed.” Aku memberi “Makasih, Vin.” Aku spontan
penjelasan. mengucapkannya.
“Oke, sudah kuputuskan. Kamu harus “Gimana perasaan kamu sekarang,
masuk tim basket sekolah.” Alvin beranjak sudah lebih baik?”
dari tempatnya, lalu menoleh kepadaku.
“Kayaknya kamu tertarik.” Tersenyum. Aku mengangguk. Sudah hampir dua
tahun sejak saat itu, jelas jauh lebih baik
42 MAJALAH AL-BAYAN
EDISI 24

