Page 41 - Al-Bayan EDISI 24
P. 41
“Eh,
liat.
Jo?”
Alvin
kamu
TOPENG ibu yang seharusnya tidak kudengar. Aku mengatakannya dengan wajah tak
juga mendengar ibu menangis. Tiga hari
setelahnya, kami meninggalkan tempat
bersalah.
Karya: Azkal P.J (Redaktur Tahun 2020-2021) tinggal dan pindah ke sebuah kontrakan membantuku berdiri. Aku meraih tangan
Alvin mengulurkan tangannya untuk
kecil dekat sekolahku waktu itu.
Sejak saat itu, Aku bertekad untuk Alvin, menerima bantuannya.
lebih bersungguh-sungguh belajar di “Kamu mau ikut main bareng?” Alvin
sekolah agar bisa sukses, lalu Aku bisa mengulurkan bola basket dengan tangan
membahagiakan kedua orangtuaku. Sejak kanannya.
itu pula kehidupanku yang penuh topeng
dimulai. Namun hasil yang kudapat tidak “Maaf, aku harus cepetan pulang.”
sesuai dengan yang kuinginkan. Nilai Kalau cuma mau main bareng, kenapa
ujian yang kudapat selalu pas-pasan, harus lempar bola sekeras itu? Seperti
bahkan nilai matematika dan bahasa orang yang membenciku.
Inggrisku selalu jeblok saat SMP. Hingga “Oh, kamu harus belajar, ya? Semoga
masuk SMA, situasinya tidak berubah. berhasil.” Dia mengucapkannya sambal
Saat penilaian akhir semester di kelas 1, berbalik dan melambaikan tangannya.
hasilnya masih sama. Aku dan Rayyan lanjut berjalan ke
Awal semester kedua pun dimulai. gerbang sekolah.
Kesungguhanku untuk belajar mulai
Sejak saat itu, Aku bertekad untuk lebih bersungguh-
sungguh belajar di sekolah agar bisa sukses, lalu Aku
bisa membahagiakan kedua orangtuaku. Sejak itu pula
kehidupanku yang penuh topeng dimulai.
“Kamu gak apa-apa, Azka?” Rayyan
goyah. Saat itu memasuki pekan ketiga khawatir karena aku terjatuh saat terkena
di semester dua. Aku beranjak dari kursi lemparan bola basket tadi.
untuk pulang, karena matahari mulai
tenggelam, membuat langit terlihat “Aku gak apa-apa, Ray.”
jingga. Dari hari pertama di semester Keesokan harinya.
kedua, aku memilih untuk belajar bersama “Ayo main.” Alvin mengulurkan bola
anak peringkat satu di kelas, Rayyan basket dengan tangan kanannya. Dia
namanya. Dia pun tidak keberatan untuk segera menghampiriku saat aku melewati
membantuku. Kami mulai belajar bila bel lapangan untuk pulang. Aku menolaknya.
pulang sekolah berbunyi. Sekarang pun Besok-besoknya pun begitu. Dia
sama, kami baru selesai belajar dan jalan mengulurkan bola basket dengan tangan
bersebelahan menuju gerbang sekolah. kanannya, lalu mengajakku bermain saat
Bukk!! ingin pulang. Dan aku selalu menolaknya.
Kepalaku terkena lemparan bola Namun di hari kelima, dia menghampiri
basket saat berjalan di samping lapangan. tanpa mengulurkan bola basket yang ada
Lemparannya keras sekali. Aku sampai di tangan kanannya.
terjatuh. “Apa kamu menyukainya?” Alvin
“Eh, maaf. Bolanya gak sengaja hanya bertanya seperti itu. Aku membisu.
kelempar ke kamu.” “Apa itu yang kamu inginkan?”
Seseorang menghampiri, mengambil Aku masih tak bisa berbicara, suaraku
bola yang terlempar. Kalau tidak salah dia tercekat.
itu Alvin, sekelas denganku. “Apa kamu bahagia?” Kali ini hatiku
“Hah? Jelas-jelas tadi kamu sengaja benar-benar tertikam dengan kata-
ngelempar.” Satu orang lagi menghampiri. katanya.
Aku tidak mengenalnya.
MAJALAH AL-BAYAN
EDISI 24 41

